Daya Beli Melemah Jangan Panik!

Setiap brand pasti mengalami pasang surut. Tapi yang membedakan brand kuat dan brand lemah adalah cara menyikapi momentum-momentum seperti ini.

5/11/20252 min read

Daya Beli Melemah di Bulan Mei? Brand Lokal, Jangan Panik—Ini Normal, Tapi Harus Adaptif

Beberapa brand owner dan pelaku usaha di Medan mungkin mulai bertanya-tanya, "Kenapa penjualan mulai turun padahal mendekati hari besar seperti Idul Adha? Bukannya seharusnya naik?"

Tenang, kamu nggak sendirian. Dan kondisi ini sebenarnya bisa dijelaskan secara data dan logika.

Apa yang Terjadi di Bulan Mei 2025 di Sumatera Utara?

Menurut data dari Badan Pusat Statistik dan laporan dari media bisnis regional:

  • Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara triwulan I 2025 hanya 4,67%, sedikit di bawah rata-rata nasional.

  • Bahkan, terjadi kontraksi -0,99% dibanding kuartal sebelumnya.

  • Permintaan terhadap sumber protein (daging, ayam, telur) justru menurun dibanding tahun lalu.

Ini sinyal jelas bahwa daya beli masyarakat sedang tertekan. Jadi kalau brand kamu mengalami penurunan penjualan, itu bukan berarti produkmu jelek atau brand kamu salah arah. Bisa jadi memang kondisi pasar yang sedang lesu.

Banyak Libur di Bulan Mei = Perilaku Konsumen Berubah

Bulan Mei 2025 penuh dengan tanggal merah: Hari Buruh, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan cuti bersama menjelang Idul Adha. Ini menciptakan beberapa long weekend.

Apa dampaknya?

  • Aktivitas belanja bergeser ke kebutuhan perjalanan atau liburan

  • Banyak konsumen yang menahan pengeluaran besar

  • Transaksi bisa naik di sektor F&B dan travel, tapi sektor lain bisa ikut melambat

Lalu, Apa yang Harus Dilakukan Brand Lokal?

  1. Terima Dulu Realita Ini, Jangan Panik
    Fluktuasi penjualan itu hal biasa. Yang penting kamu tidak panik lalu mengorbankan brand positioning dengan cara instan.

  2. Fokus ke Customer Loyalty, Bukan Sekadar Traffic
    Manfaatkan waktu ini untuk mempererat hubungan dengan pelanggan, bukan cuma cari pembeli baru.

  3. Tawarkan Solusi, Bukan Sekadar Diskon
    Buat campaign yang relevan dengan momen liburan, seperti promo bundling, hampers lebaran, atau konten inspiratif.

  4. Perbaiki Operasional & Visual Brand
    Waktu sepi bisa jadi momen yang pas untuk upgrade sistem internal, evaluasi strategi, dan perbaiki tampilan brand.

Penutup: Fluktuasi Itu Normal, Strategi yang Adaptif Itu Kunci

Setiap brand pasti mengalami pasang surut. Tapi yang membedakan brand kuat dan brand lemah adalah cara menyikapi momentum-momentum seperti ini.

Kalau kamu tahu cara membaca data, memahami perilaku pasar, dan tetap menjaga arah brand—maka masa-masa sepi justru bisa jadi masa paling strategis.

Kalau kamu butuh diskusi tentang cara menavigasi brand kamu di tengah dinamika ekonomi seperti ini, yuk ngobrol bareng saya, Ican Siregar, di icansiregar.com.

Karena brand yang bertumbuh bukan yang selalu ramai, tapi yang tahu kapan harus adaptif dan reflektif.