WASPADA Disrupsi Brand

Di tengah market yang makin dinamis, khususnya di Medan dan kota-kota berkembang lainnya, disrupsi bisa datang diam-diam. Bukan cuma dari kompetitor besar, tapi juga dari perubahan perilaku konsumen, teknologi baru, hingga tren sosial yang bergeser cepat.

5/11/20251 min read

Disrupsi Brand: Kenali Tanda-Tandanya Sebelum Terlambat

Kamu mungkin pernah bertanya, "Kenapa brand yang dulunya rame, sekarang mulai sepi?" atau "Kenapa campaign yang biasa berhasil, sekarang nggak ngangkat lagi?" Kalau kamu mengalami ini, bisa jadi kamu sedang ada di fase awal disrupsi brand.

Di tengah market yang makin dinamis, khususnya di Medan dan kota-kota berkembang lainnya, disrupsi bisa datang diam-diam. Bukan cuma dari kompetitor besar, tapi juga dari perubahan perilaku konsumen, teknologi baru, hingga tren sosial yang bergeser cepat.

Apa Itu Disrupsi Brand?

Disrupsi brand adalah kondisi saat sebuah brand mulai kehilangan relevansi karena:

  • Gagal adaptasi dengan tren dan kebutuhan pasar

  • Terlalu nyaman dengan metode lama

  • Tidak membaca perubahan kompetitor

  • Tidak punya inovasi yang sustainable

Disrupsi bukan selalu karena hal besar. Kadang justru dimulai dari hal kecil yang dibiarkan terlalu lama.

Tanda-Tanda Brand Kamu Mulai Terdisrupsi

  1. Penurunan Engagement di media sosial, padahal konten tetap rutin.

  2. Penjualan stagnan atau menurun walaupun sudah coba banyak promo.

  3. Customer mulai pindah ke brand baru yang lebih segar dan relatable.

  4. Respons pasar datar terhadap produk atau campaign baru.

Bagaimana Menanganinya Sebelum Terlambat?

  1. Lakukan Brand Check-Up
    Tinjau ulang positioning, value, dan diferensiasi brand kamu. Jangan cuma lihat dari sisi desain, tapi juga dari persepsi pasar.

  2. Mulai dari Insight, Bukan Sekadar Ide
    Kumpulkan data dari customer. Cek ulang apa yang mereka suka, butuhkan, dan harapkan.

  3. Relevansi di Atas Keviralan
    Nggak semua yang viral itu perlu ditiru. Yang penting brand kamu tetap nyambung dengan target market-nya.

  4. Rancang Inovasi yang Tepat Sasaran
    Nggak harus mewah. Cukup dengan pendekatan baru yang meaningful buat audiens kamu.

  5. Fokus Pada Experience
    Brand yang kuat bukan cuma menjual produk, tapi menciptakan pengalaman yang berkesan.

Penutup: Disrupsi Itu Peringatan, Bukan Kutukan

Disrupsi bukan akhir dari perjalanan brand kamu. Tapi bisa jadi sinyal awal bahwa sudah waktunya berevolusi.

Kalau kamu merasa brand kamu mulai kehilangan taji, atau merasa stuck padahal sudah berusaha maksimal—mungkin yang kamu butuhkan bukan campaign baru, tapi cara pandang baru.

Yuk, diskusiin bareng. Saya, Ican Siregar, siap bantu kamu menemukan kembali arah dan relevansi brand kamu di tengah pasar yang berubah cepat.

Konsultasi personal branding dan brand strategy di icansiregar.com
Karena brand yang bertahan, bukan yang paling kuat—tapi yang paling peka dan adaptif.